Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Warisan Ilmu - Part 1


Seperti biasa pagi ini ku tapaki jalan desa dengan sepeda motor " pawitan " dari " mamake " menuju sekolah dimana tempat ku mengajar. Sepeda motor ini sudah menemani selama 10 tahun lamanya. Masih ingat awal dibelikan motor ini, apa pesan yang beliau sampaikan terkenang sampai sekarang.

doa meminta ilmu bermanfaat
sumber :  ada pada gambar


" Nak mama tidak bisa berikan warisan yang berlimpah, tanah yang luas, modal uang yang besar, mama hanya bisa berikan satu buah motor ini dan ilmu hasil kamu sekolah selama ini, semoga dari situ kamu bisa mandiri dan mampu menjadi orang tua yang bisa mencukupi istri dan anak-anakmu kelak"

Wah, aku jadi ingat masa - masa perjuangan kala itu, yang ingin aku ceritakan disini adalah " Warisan Ilmu ". Banyak orang tua yang lebih memilih mewarsikan harta dan seakan pelit saat menyekolahkan anaknya sampai tinggi. 

Tapi dengan keterbatasan segalanya orangtuaku bersusah payah dalam mewujudkan cita - citanya yaitu ingin mewariskan ilmu, apa alasan beliau sederhana, katanya dia tidak sampai lulus SD, maka dia ingin anak-anaknya bisa kuliah.

Cita - cita yang luar biasa, dari keprihatinan itu, akupun ditempa menjadi pribadi yang harus mengikuti pola kesederhanaan dan apa adanya, fokus hanya satu mewujudkan cita - cita ibu.

Tahun berganti, sampai tidak disangka ibu mampu membiayai kuliah sampai selesai.

Masih ingat kala itu, dikala banyak teman yang didampingi kedua orang tua yang datang dari luar kota, dengan rombongan keluarganya, pada bawa mobil mewah, berfoto ria, aku tidak mengalami momen itu.

Aku hanya sendiri, bisa dibayangkan wisuda momen istimewa, ibu ga punya kebaya, ga punya duit ke kota tempatku kuliah, akupun harus menerima itu semua, itu hanya momen saja, tapi rasa trenyuhpun tidak bisa kuhindari, saat keluar dari ruang wisuda menenteng ijasah ku bangga pada ibu, disinilah rasa haru ku luapkan, ku ingat kala sahabat berfoto keluarga aku hanya terduduk dipojok gedung dengan memegang gulungan berisi ijasah sendiri, aku kepikiran sama mama dirumah, andaikan mama bisa disini dan melihat momen ini, betapa bahagianya dia.

Sampai sekarang aku tidak punya foto wisuda yang bisa dipajang banyak orang dirumahnya menandakan bahwa anaknya lulus kuliah.

Tapi kembali lagi, mama hanya ingin mewarisi ilmu, dan ilmu itu bisa di gunakan untuk orang lain. 

Akhirnya kululus dengan gelar Sarjana Pendidikan.

Beberapa bulan setelah itu ternyata mama sudah menyiapkan uang untuk sekedar membeli motor bekas, katanya buat memudahkan ku kerja nanti.

Kupakai motor itu, kubawa mengajar. Bulan berganti bulan, ada kesempatan perekrutan tes pegawai negeri khusus guru. Akupun ikut siapa tahun rejeki buatku ada dan bisa diterima menjadi PNS guru, malam sebelum tes aku jatuh sakit, aku pesimis paginya bisa berangkat tes CPNS atau tidak, kupaksakan demi cita - cita untuk berangkat.

Pagi kubergegas dengan badan yang Lunglai dan otak yang hanya memiliki kemampuan 50% karena fisik tidak memungkinkan, kulalui tes tersebut dengan maksimal ( semaksimalnya orang sakit ).

Beberapa minggu kemudian akupun menunggu hasil tes tersebut. Pagi hari aku dibawakan koran pagi berisi pengumuman tes, bersorak girang mama diluar dan ayah, ternyata ada namku disana.

Alhamdulillah ternyata aku diterima menjadi CPNS, awal yang bagus. Betapa bangga mama kala itu, akupun sangat bahagia mendengar berita itu.

Waktu sudah berjalan 10 tahun lamanya, motor pemberian mama masih kupakai aku tetap setia dengan motor ini, akupun sudah menjadi guru.

Kini kudah punya anak istri, tinggal kulanjutkan cita - cita mama berikutnya mampu menghidupi keluarga dengan rejeki yang berkah bukan hasil korupsi dan bekerja sungguh - sungguh dan sampaikan ilmu yang bermanfaat untuk orang lain.

Disini ku sadar ternyata warisan ilmu bisa merubah segalanya, benar apa yang dicita-citakan mama untuku, akupun ingin anak-anaku kelak kuwarisi dengan ilmu. Semoga bisa mengikuti jejak mamaku.

Posting Komentar untuk "Warisan Ilmu - Part 1"